Cari Blog Ini

Rabu, 13 Oktober 2010

Multimedia perangkat lunak dan perangkat keras


Johannes boni l (50407475)

Nugroho wibowo (50407629)


4IA15


Industri Perangkat Lunak
Indikator utama yang menunjukkan kemampuan produksi perangkat lunak di suatu negara adalah jumlah perusahaan pembuat perangkat lunak atau ISV (Independent Software Vendor) dan tentu saja jumlah profesional yang bekerja sebagai pengembang perangkat lunak. Meski demikian, produktivitas industri perangkat lunak di suatu negara tidak semata-mata ditentukan dari jumlah pengembangnya, melainkan dari berbagai faktor pendukung lainnya. Menurut prediksi IDC, di Indonesia ada sekitar 56.500 pengembang pada tahun 2006. India berada di urutan pertama dengan lebih dari 1 juta pengembang dan Cina di urutan kedua dengan jumlah pengembang 10 kali lebih besar dibanding Indonesia.

Potensi kontribusi industri perangkat lunak untuk pertumbuhan ekonomi juga menarik untuk ditelaah. Menurut hasil riset IDC, inisiatif perangkat lunak lokal mampu memberi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik bagi negara berkembang seperti Indonesia. IDC memprediksi dalam periode 2004 – 2009, sektor teknologi informasi (TI) di Indonesia akan membutuhkan sekitar 1.100 perusahaan TI baru yang dapat menyerap 81.000 tenaga kerja. Sekitar 29,9% dari total pekerja TI ini akan terlihat dalam pengembangan produk perangkat lunak lokal, distribusi atau implementasi produk perangkat lunak asing dan juga layanan custom development. IDC juga memprediksi bahwa perkembangan bisnis TI di Indonesia akan memberikan penghasilan pajak sebesar US$ 1,1 miliar kepada pemerintah jika dikelola dengan serius.

Dari sekitar Rp 600 miliar pasar perangkat lunak di Indonesia, pangsa pasar untuk perangkat lunak lokal ternyata hanya sekitar Rp 100 miliar. Masalah utama yang dihadapi oleh software house Indonesia sehingga kurang mampu bersaing adalah:

· Keterbatasan pengetahuan dalam pengembangan perangkat lunak.

· Kekurangan ide dalam produk dan inovasi karena kurangnya sarana penghubung dengan pihak yang membutuhkan dan mengembangkan perangkat lunak.

· Kurangnya keterlibatan pemerintah untuk melindungi pemngembang perangkat lunak

· Keterbatasan modal usaha, karena perusahaan perangkat lunak kebanyakan tidak memiliki aset nyata yang dapat digunakan sebagai agunan pinjaman ke bank. Hal ini terutama berdampak terhadap proyek yang dikategorikan besar.

Menurut Business Software Alliance (BSA), industri perangkat lunak yang memproduksi produk perangkat lunak masal di Indonesia dinyatakan mengalami kerugian sebesar US$ 3 juta atau sekitar RP 28 miliar. Hal itu turut mengakibatkan negara ikut merugi Rp 2,8 miliar (sedikitnya dari pajak dan cukai). Indonesia saat ini tercatat masuk nomor 3 dalam peringkat negara pembajak di bawah Vietnam dan Kamboja. Persentase pembajakan di Indonesia mencapai 87%. Sebuah studi yang diselenggarakan oleh IDC menemukan bahwa industri TI di Indonesia bernilai US$ 1 miliar dan pengurangan sebesar 10 poin terhadap persentase tingkat pembajakan tersebut dapat memacu pertumbuhan industri TI di Indonesia sampai dengan US$ 2,4 miliar.

Permasalahan Industri Telematika
Permasalahan yang dihadapi oleh sektor ini, hingga saat ini masih seputar rendahnya infrastruktur jaringan telekomunikasi; rendahnya penetrasi Internet; pasar yang masih dikuasai oleh pelaku dominan; masih relatif rendahnya kontribusi sektor telematika terhadap Pendapatan Nasional; makin terbukanya pintu bagi produk dan jasa asing untuk masuk ke Indonesia, sementara produk dan jasa Indonesia di bidang telematika yang diekspor ke luar negeri masih rendah dan seringkali tidak mampu bersaing di pasar global; serta belum adanya upaya serius dari pemerintah untuk memberi perhatian sepenuhnya terhadap pemanfaatan Internet dan dampaknya.

Dari sisi lingkungan, permasalahan yang mengemuka adalah masalah limbah elektronik yang berasal dari perangkat keras telematika, yaitu komputer, periferal, serta alat komunikasi bekas. Barang-barang bekas ini dikatakan sebagai limbah karena setelah tidak dapat dipakai, kemudian dibuang begitu saja tanpa pengolahan yang benar sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan. Limbah elektronik tersebut mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3), sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

Dalam menanggapi isu lingkungan ini, beberapa produsen perangkat keras telematika di luar negeri, misalnya Toshiba Corporation, kemudian memberikan layanan purnaguna dengan menerima kembali produk-produk yang sudah tidak dapat dipakai tersebut untuk didaur ulang. Kebijakan serupa nampaknya belum dipublikasikan oleh produsen perangkat keras telematika dalam negeri, sehingga dapat disimpulkan bahwa produsen perangkat keras telematika dalam negeri belum memiliki layanan purnaguna semacam itu.


Teknologi perangkat keras yang berkernbang cukup lama, telah
memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kegiatan presentasi., Saat ini
teknologi pada bidang rekayasa komputer menggantikan peranan alat presentasi
pada masa sebelumnya. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi
seperti Microsoft power point yang dikernbangkan oleh Microsoft inc" Corel
presentation yang dikernbangkan oleh Coral inc" hingga perkernbangan terbaru
perangkat lunak yang dikernbangkan Macromedia inc, yang mengernbangkan
banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.
Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam
bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkernbangan perangkat
lunak tersebut didukung oleh perkernbangan sejumlah perangkat keras
penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak mernberikan pengaruh
dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkernbangan monitor,
kartu video, kartu audio serta perkernbangan proyektor digital (digital image
projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital
untuk bermacam-macam kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta
ukuran ruang dan berbagai karakteristik audience. Tentu saja hal ini
menyebabkan perubahan besar pada trend metode presentasi saat ini.
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak
hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam
bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan
juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head
projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi.
Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi
digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan
pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal.
Dalam sudut pandang proses pernbelajaran, presentasi merupakan
salah satu metode pernbelajaran. Penggunaannya yang menempati frekuensi
paling tinggi dibandingkan dengan metode lainnya. Berbagai alat yang
dikernbangkan, telah mernberikan pengaruh yang sangat basar bukan

hanyapada pengernbangan kegiatan praktis dalam kegiatan presentasi pembelajaran
akan tetapi juga pada terori-teori yang mendasarinya. Perkembangan terakhir
pada bidang presentasi dengan alat bantu komputer telah menyebabkan
perubahan tuntutan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan dalam berbagai
aspek. Diantaranya tuntutan terhadap peningkatan kemampuan dan
keterampilan para guru / dosen, dosesn, instruktur/widiaiswara serta para
professional lainnya di dalam mengolah bahan-bahan pembelajaran/pelatihan ke
dalam media presentasi yang berbasis komputer.



sumber :http://www.csrreview-online.com/lihatartikel.php?id=46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar